Komunikasi Keperawatan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN YANG MENJELANG AJAL
A. Konsep Materi
1. Pengertian
a.
Keadaan
Terminal
Adalah suatu
keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si
sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan.
b. Kematian
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan
mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan
merupakan suatu kehilangan.
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.
2. Tahap-tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa
(1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
a.
Menolak/Denial
Pada fase
ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak.
b.
Marah/Anger
Kemarahan
terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang
telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya
c.
Menawar/bargaining
Pada tahap
ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
d.
Kemurungan/Depresi
Selama tahap
ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis.
Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
e.
Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase
ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin
bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
3. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 tipe
dari perjalanan proses kematian, yaitu:
a.
Kematian
yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari
fase akut ke kronik.
b.
Kematian
yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
c.
Kematian
yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
Ø terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
Ø terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d.
Kemungkinan
mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan
telah berjalan lama.
4. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
a.
Kehilangan
Tonus Otot, ditandai:
1) Relaksasi otot muka sehingga dagu
menjadi turun.
2) Kesulitan dalam berbicara, proses
menelan dan hilangnya reflek menelan.
3) Penurunan kegiatan traktus
gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
4) Penurunan control spinkter urinari
dan rectal.
5) Gerakan tubuh yang terbatas.
b. Kelambatan
dalam Sirkulasi, ditandai:
1) Kemunduran dalam sensasi.
2) Cyanosis pada daerah ekstermitas.
3) Kulit dingin, pertama kali pada
daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
c. Perubahan-perubahan
dalam tanda-tanda vital
1) Nadi lambat dan lemah.
2) Tekanan darah turun.
3) Pernafasan cepat, cepat dangkal dan
tidak teratur.
d. Gangguan
Sensoria.
1)
Penglihatan
kabur.
2)
Gangguan
penciuman dan perabaan.
5. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
a. Pupil mata
melebar.
b. Tidak mampu
untuk bergerak.
c. Kehilangan reflek.
d. Nadi cepat
dan kecil.
e. Pernafasan
chyene-stoke dan ngorok.
f. Tekanan
darah sangat rendah.
g. Mata dapat
tertutup atau agak terbuka.
h. Tanda-tanda
Meninggal secara klinis
Secara
tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World
Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian,
yaitu:
a. Tidak ada
respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya
gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada
reflek.
d. Gambaran
mendatar pada EKG.
6. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan
Keluarganya Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
a. Closed
Awareness/Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya.
Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih
dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan
dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg.
b. Matual
Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
c. Open
Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
d. Pada situasi
ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir.
Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal
tersebut.
7. Bantuan yang dapat Diberikan
a. Bantuan
Emosional
1) Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2) Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan
asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3) Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut
yang tidak masuk akal.
4) Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien
5) Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan
perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
b. Bantuan
Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
2) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit
terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai
dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena
kondisi system sirkulasi sudah menurun.
3) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
4) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus
dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
5) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi
tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena/Invus.
6) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
7) Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara
dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
c. Bantuan Memenuhi
Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
1) Menanyakan siapa-siapa saja yang
ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan
keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
2) Perasaan-perasaan klien sehubungan
dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
3) Menjaga penampilan klien pada
saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan
memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
4) Meminta saudara/teman-temannya untuk
sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi
klien apabila klien mampu membacanya.
d. Bantuan
Memenuhi Kebutuhan Spiritual
§ Menanyakan kepada klien tentang
harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang
kematian.
§ Menanyakan kepada klien untuk
mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
§ Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.
B. Asuhan Keperawatan
1. Tanda-tanda
Kematian
a. Dini:
·
Pernafasan
terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi)
·
Terhentinya
sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
·
Kulit pucat
·
Tonus otot
menghilang dan relaksasi
·
Pembuluh
darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
·
Pengeringan
kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan penyiraman air)
b. Lanjut
(Tanda pasti kematian)
·
Lebam mayat
(livor mortis)
·
Kaku mayat
(rigor mortis)
·
Penurunan
suhu tubuh (algor mortis)
·
Pembusukan
(dekomposisi)
·
Adiposera (lilin
mayat)
·
Mumifikasi
2. Gejala dan
masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem organ
a. Sistem
Gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau, kandidiasis dan sariawan mulut.
b. Sistem
Genitourinaria : Inkontinensia urin
c. Sistem
Integumen : Kulit kering/pecah-pecah, dekubitus
d. Sistem
Neurologis : Kejang
e. Perubahan
Status Mental : Kecemasan, halusinasi, depresi
1) Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit
yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
a. Fase
Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyakit.
b. Fase Akut :
berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
c. Fase Kronis,
klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d. Fase
Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti
terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
·
Problem Oksigenisasi ; respirasi
irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, nadi ireguler.
·
Problem Eliminasi :
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet
serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal
bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon),
retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau
kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
·
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan
makanan dan cairan menurun,peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan
BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
·
Problem suhu;
ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
·
Problem Sensori ; Penglihatan
menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan
kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun.
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
·
Problem nyeri ; ambang
nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu
didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
·
Problem Kulit dan Mobilitas ;
seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
·
Masalah Psikologis ; klien
terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan
marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan
komunikasi barrier komunikasi.
·
Perubahan Sosial-Spiritual ; klien
mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan
terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup
v Faktor-Faktor
yang perlu dikaji :
a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien
dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan
antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan,
eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama
berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan
fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
b. Faktor
Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam
kondisi terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada
pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat
harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien
selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada
perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri,
sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor
Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan
proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan
keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah
pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat
terakhirnya.
Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam
Pengkajian Pasien Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang
ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus
dihindari.
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
Posting Komentar