KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN YANG MENJELANG
AJAL
A. Konsep Materi
1. Pengertian
a.
Keadaan
Terminal
Adalah suatu
keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si
sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan.
b. Kematian
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan
mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan
merupakan suatu kehilangan.
2. Tahap-tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa
(1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
a.
Menolak/Denial
Pada fase
ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak.
b.
Marah/Anger
Kemarahan
terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang
telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya
c.
Menawar/bargaining
Pada tahap
ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
d.
Kemurungan/Depresi
Selama tahap
ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis.
Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
e.
Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase
ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin
bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
3. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 tipe
dari perjalanan proses kematian, yaitu:
a.
Kematian
yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari
fase akut ke kronik.
b.
Kematian
yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
c.
Kematian
yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
Ø terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d.
Kemungkinan
mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan
telah berjalan lama.
4. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
a.
Kehilangan
Tonus Otot, ditandai:
1) Relaksasi otot muka sehingga dagu
menjadi turun.
2) Kesulitan dalam berbicara, proses
menelan dan hilangnya reflek menelan.
3) Penurunan kegiatan traktus
gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
4) Penurunan control spinkter urinari
dan rectal.
5) Gerakan tubuh yang terbatas.
b. Kelambatan
dalam Sirkulasi, ditandai:
1) Kemunduran dalam sensasi.
2) Cyanosis pada daerah ekstermitas.
3) Kulit dingin, pertama kali pada
daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
c. Perubahan-perubahan
dalam tanda-tanda vital
1) Nadi lambat dan lemah.
2) Tekanan darah turun.
3) Pernafasan cepat, cepat dangkal dan
tidak teratur.
d. Gangguan
Sensoria.
1)
Penglihatan
kabur.
2)
Gangguan
penciuman dan perabaan.
5. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
a. Pupil mata
melebar.
b. Tidak mampu
untuk bergerak.
c. Kehilangan reflek.
d. Nadi cepat
dan kecil.
e. Pernafasan
chyene-stoke dan ngorok.
f. Tekanan
darah sangat rendah.
g. Mata dapat
tertutup atau agak terbuka.
h. Tanda-tanda
Meninggal secara klinis
Secara
tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World
Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian,
yaitu:
a. Tidak ada
respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya
gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada
reflek.
d. Gambaran
mendatar pada EKG.
6. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan
Keluarganya Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
a. Closed
Awareness/Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya.
Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih
dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan
dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg.
b. Matual
Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
c. Open
Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
d. Pada situasi
ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir.
Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal
tersebut.
7. Bantuan yang dapat Diberikan
a. Bantuan
Emosional
1) Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2) Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan
asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3) Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut
yang tidak masuk akal.
4) Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien
5) Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan
perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
b. Bantuan
Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
2) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit
terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai
dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena
kondisi system sirkulasi sudah menurun.
3) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
4) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus
dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
5) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi
tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena/Invus.
6) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
7) Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara
dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
c. Bantuan Memenuhi
Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
1) Menanyakan siapa-siapa saja yang
ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan
keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
2) Perasaan-perasaan klien sehubungan
dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
3) Menjaga penampilan klien pada
saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan
memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
4) Meminta saudara/teman-temannya untuk
sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi
klien apabila klien mampu membacanya.
d. Bantuan
Memenuhi Kebutuhan Spiritual
§ Menanyakan kepada klien tentang
harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang
kematian.
§ Menanyakan kepada klien untuk
mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
§ Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.
B. Asuhan Keperawatan
1. Tanda-tanda
Kematian
a. Dini:
·
Pernafasan
terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi)
·
Terhentinya
sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
·
Kulit pucat
·
Tonus otot
menghilang dan relaksasi
·
Pembuluh
darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
·
Pengeringan
kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan penyiraman air)
b. Lanjut
(Tanda pasti kematian)
·
Lebam mayat
(livor mortis)
·
Kaku mayat
(rigor mortis)
·
Penurunan
suhu tubuh (algor mortis)
·
Pembusukan
(dekomposisi)
·
Adiposera (lilin
mayat)
·
Mumifikasi
2. Gejala dan
masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem organ
a. Sistem
Gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau, kandidiasis dan sariawan mulut.
b. Sistem
Genitourinaria : Inkontinensia urin
c. Sistem
Integumen : Kulit kering/pecah-pecah, dekubitus
d. Sistem
Neurologis : Kejang
e. Perubahan
Status Mental : Kecemasan, halusinasi, depresi
1) Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit
yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
a. Fase
Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyakit.
b. Fase Akut :
berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
c. Fase Kronis,
klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d. Fase
Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti
terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
·
Problem Oksigenisasi ; respirasi
irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, nadi ireguler.
·
Problem Eliminasi :
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet
serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal
bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon),
retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau
kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
·
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan
makanan dan cairan menurun,peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan
BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
·
Problem suhu;
ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
·
Problem Sensori ; Penglihatan
menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan
kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun.
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
·
Problem nyeri ; ambang
nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu
didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
·
Problem Kulit dan Mobilitas ;
seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
·
Masalah Psikologis ; klien
terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan
marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan
komunikasi barrier komunikasi.
·
Perubahan Sosial-Spiritual ; klien
mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan
terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup
v Faktor-Faktor
yang perlu dikaji :
a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien
dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan
antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan,
eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama
berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan
fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
b. Faktor
Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam
kondisi terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada
pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat
harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien
selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada
perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri,
sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor
Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan
proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan
keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah
pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat
terakhirnya.
Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam
Pengkajian Pasien Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang
ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus
dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual
harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan
ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien
menjelang kematian dapat terpenuhi.
2) Diagnosa
Keperawatan
·
Ansietas/
ketakutan individu , keluarga yang
berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak
dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
·
Berduka yang
behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
·
Perubahan
proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan
hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan )
·
Resiko
terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
3) Intervensi
a. Ansietas/
ketakutan individu , keluarga yang
berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak
dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
Ø Bantu klien
untuk mengurangi ansietasnya :
·
Berikan
kepastian dan kenyamanan.
·
Tunjukkan
perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan.
·
Dorong klien
untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan
pengobtannya.
·
Identifikasi
dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang cemas mempunbyai penyempitan
lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung
untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas
tegang, emosional dan nyeri fisik.
Ø Kaji tingkat
ansietas klien :
Rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau
sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat
dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat
atauparah tidak menyerap pelajaran.
Ø Dorong
keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka Pengungkapan
memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk memperbaiki
konsep yang tidak benar.
Ø Berika klien
dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif Menghargai klien untuk
koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang..
b. Berduka yang
behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
Ø Berikan
kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan
kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan
bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan beri pengetahuan bahwa tidak ada lagi
pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan
menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan
respon berduka yang lainnya.
Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap
situasi tersebut.
Ø Berikan
dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan
keberhasilan pada masa lalu Stategi koping fositif membantu penerimaan dan
pemecahan masalah.
Ø Berikan
dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif Memfokuskan
pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian
yang terjadi.
Ø Bantu klien
mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan
dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai
sampai kematian yang akan terjadi di terima.
Ø Tingkatkan
harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan
dukungan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai
tindakan keperawatan berikut :
a) Membantu
berdandan
b) Mendukung
fungsi kemandirian
c) Memberikan
obat nyeri saat diperlukandan
d) Meningkatkan
kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )
c.
Perubahan
proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan
hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan )
Ø Luangkan
waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang
empati Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat
membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
Ø Izinkan
keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan
dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi
ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
Ø Jelaskan
lingkungan dan peralatan ICU
Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang
berkaitan dengan ketidak takutan.
Ø Jelaskan
tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan
informasi spesifik tentang kemajuan klien.
Ø Anjurkan
untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawan Kunjungan dan
partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
Ø Konsul
dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya Keluarga
denagan masalah-masalh seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil
atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk
membantu mempertahankankan fungsi keluarga
d. Identifikasi
dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang cemas mempunbyai penyempitan
lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung
untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas
tegang, emosional dan nyeri fisik.
Ø Gali apakah
klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau
spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk
melakukannya Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do,a atau praktek
spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat
menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
Ø Ekspesikan
pengertrian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik
religius atau spiritual klien Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu
mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
Ø Berikan
prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat
dilaksanakan Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi
dan perenungan.
Ø Bila anda
menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau membaca buku ke
agamaan Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama
dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
Ø Tawarkan
untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur
kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan
ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan
ritual yang penting ( Carson 1989 )
4) Evaluasi
a.
Klien merasa
nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
b. Klien tidak
merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
c.
Klien selalu
ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal.
d. Klien sadar
bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya